MINAT-MINAT DEWASA AWAL :
HAL PERUBAHAN-PERUBAHAN MINAT
O. TIGA SOROTAN UMUM DAN KHUSUS
Ada tiga sorotan umum yang
sangat penting sehubungan dengan minat-minat para dewasa awal. Pertama, hal
perubahan-perubahan minat yang pada intinya berhubungan dengan proses perubahan
minat, pola-pola perubahan minat dan ragam minat dewasa awal. Kedua, hal
minat-minat pribadi yang pada intinya bersangkutan dengan faktor pengarah bagi
individu pada bentuk-bentuk rekreasi. Ketiga, hal minat sosial yang pada
intinya dalam aktivitas-aktivitas sosial dan mobilitas sosial. Sorotan kedua
dan ketiga akan disajikan dalam bab-bab lebih lanjut.
Tiga sorotan khusus yang
bersangkutan dengan hal perubahan-perubahan minat seperti disebutkan tadi,
dikemukakan dalam bab ini.
1. PROSES PERUBAHAN AWAL
Proses
perubahan minat secara umum, terjadi hampir sepanjang garis kehidupan.
Perubahan-perubahan minat dalam proses itu disebabkan oleh perubahan pola
kehidupan, perubahan tugas dan tanggung jawab dan perubahan status.
Banyak
orang dewasa yang telah membawa ciri-ciri minat tertentu sejak mereka masih
remaja atau bahkan jauh sebelum itu. Akan tetapi, seirama dengan perubahan pola
kehidupan orang dewasa, dapat pula terjadi perubahan minat baik berupa
perubahan jumlah apa yang diminati, pergantian pengutamaan, minat dan bahkan
(kalau terpaksa) timbulnya minat baru. Pola kehidupan masa remaja cenderung
diwarnai oleh pergaulan dalam kelompok peer. Karena itu minat mereka pun
cenderung pada minat-minat yang dapat dilakukan bersama-sama, semisal pesiar,
camping, dan semacamnya; serta benda-benda yang dapat menunjang kegiatan itu
seperti mobil/motor dan pakaian yang sesuai dengan selera kelompok. Dalam masa
dewasa awal, lebih cenderung diwarnai oleh kehidupan keluarga. Karena itu,
minat dalam masa dewasa awal lebih ditekankan pada hal-hal yang menunjang
kehidupan keluarga semisal uang dan rumah.
Dalam
masa dewasa awal sering kali terjadi perubahan tugas dan tanggung jawab. Misalnya,
adanya tugas-tugas keluarga khusunya menunjang kehidupan ekonomi dan adanya
tugas tanggung jawab membimbing anak. Untuk menunjang kehidupan ekonomi, orang
dewasa cenderung berubah menekankan pentingnya uang dan menilai tinggi
kesehatan fisik untuk memperoleh uang itu tadi. Karena itu mereka banyak yang
berminat kuat pada uang dan enersifisik. Tanggung jawab untuk berminat pada
agama secara kuat, hal yang mungkin dalam masa remajanya diabaikan.
Disepakati
oleh para ahi bahwa atas dasar perbedaan status, kawin atau tidak, tampak
sekali membedakan pola kehidupan orang dewasa dan menimbulkan perbedaan tugas
dan tanggung jawab. Karena itu secara logis dapat terjadi perbedaan penekanan
minat antara dua orang dewasa,seusia sekalipun, yang bergantung padasatatus
perkawinan mereka. Ini sejalan dengan pendapat Havighurs (1953). Akibatnya,
orang dewasa yang tidak kawin atau belum kawin sangat mengutamakan minat pada
pakaian dan penampilan fisik, sementara mereka yang telah kawin menekankan
minatnya pada rumah tinggal dan perabotnya. Demikian pula perubahan status
dalam hal jabatan. Orang yang sebelum memegang jabatan tertentu barangkali
belum berminat pada mobil. Tetepi seseorang yang telah punya jabatan sebagai
direktur misalnya, maka sangat besar kemungkinannya timbul minat baru yaitu
untuk memiliki mobil atau lambang status lainnya.
Disamping
faktor-faktor penyebab dalam proses perubahan minat tersebut diatas tadi, hal
yang penting pula dalam hubungan dengan proses perubahan minat ini adalah
pembentukan pola minat dan proses
penstabilan minat-minat.
Proses
pembentukan pola minat terjadi selama masa dewasa awal. Jenis-jenis minat yang
terdapat dalam masa dewasa awal itu selalu dipraktekan ternyata memuaskan
individu yang bersangkutan maka minat itu akan cenderung diulangi.
Pengulangan-pengulangan minat, lama kelamaan ia (minat-minat) akan terbentuk
menjadi pola minat. Jika pola minat tersebut telah menetap, maka dapat
diramalkan itulah pola minat yang dibawa individu tadi dalam masa tua kelak.
Proses
penstabilan minat-minat sangat erat bersangkutan dengan menetapkannya kesukaan
dan ketaksukaan individu. Berdasarkan hasi-hasil penelitian, para ahli sepakat
bahwa dengan bertambahnya usia, proses kesukaan dan ketaksukaan cenderung untuk
menjadi menetap atau diperkuat. Kesukaan-kesukaan itu sendiri berpengaruh
positif bagi penentuan minat-minat individu. Karena itu, secara logis, ada
kecenderungan minat-minat individu akan menjadi sangat stabil sejalan dengan
pertumbuhan individu yang menua.
2.
POLA PERUBAHAN MINAT
Berdasarkan hasil-hasil penelitian terhadap minat orang-orang
dewasa yang telah berkali-kali diadakan oleh para ahli; ditemui adanya tiga
pola utama dalam perubahan minat.
Poertama : Terjadi
pengurangan jumlah yang diminati oleh seseorang sejalan dengan pertambahan
usia, dan kurang pertapindahan pada minat lain.
Kedua : Terjadi pergantian
tentang minat apa yang diutamakan, dan sedikit timbulnya minat-minat baru.
Ketiga : Dapat terjadi
penguatan minat-minat baru jika lingkungan “memaksa”, dan sifat –sifat minat-minat
baru itu tidak sekelompok dengan minat-minat yang telah dimantapkan sebelumnya.
Pola pertama ; dialami oleh
semua orang tanpa bergantung pada lingkungan budaya atau sosial tertentu, dan
tidak pula bergantung pada perbedaan jenis kelamin. Dengan demikian, semua
orang akan mengalami pengurangan terhadap jumlah apa yang diminatinya sejalan
denga usia yang semakin menua.
Dalam hubungan dengan pola
pertama ini, disepakati oleh para ahli bahwa terdapat kecenderungan tidak ada
perubahan terhadap apa yang diminati seseoran, lantaran meningkatnya usia.
Dengan lantaran yang sama, kecenderungan yang terjadi hanyalah menyempitkan
“range” minat. Akibatnya, hal-hal yang diminati seseorang yang mendekati usia
setengah baya,adalah sedikit dibandingkan dengan minat-minat yang telah dimilikinya dalam
tahun-tahun pertama masa dewasa orang itu tadi.
Pola kedua ; terjadinya
pergantian tentang minat apa yang diutamakan, banyak bergantung pada perubahan
tugas-tugas dan tanggung jawab. Sedangkan timbulnya minat-minat baru sangat
bergantung pada adanya perubahan lingkungan, adanya kesempatan untuk pemunculan
minat itu, dan adanya motivasi yang kuat.
Dengan terjadinya perubahan
tugas-tugas dan tanggung jawab (akibar pertambahan usia), pada umumnya terjadi pergantian pengutamaan terhadap
minat-minat baru. Minat-minat baru akan muncul jika terjadi perubahan
lingkungan, misalnya pindah tempat tinggal pada lain daerah. Minat-minat baru
akan muncul jika ada kesempatan untuk pemunculan minat tersebut. Misalnya,seseorang
yang pindah tempat tinggal, tanpa adanya dorongan kuat dari keadaan
lingkungannya maka tidak akan muncul minat baru. Demikian pula orang yang pada
kesempatan memiliki mobil atau motor dengan tidaknya kebutuhan (pribadi atau
sosial) untuk memilikinya maka orang itu tidak akan berminat pada mobil atau
motor itu tadi.
Contoh pergantin pengutamaan
minat akibat perubahan tugas dan tanggung jawab, adanya kecenderungan
menguatnya minat terhadap uang dan falsafah (termasuk agama) dalam masa dewasa.
Minat terhadap uang menjadi sangat utama
dalam tahun-tahun pertama masa dewasa sampai menjelang usia setengah baya.
Tidak saja sangat utama bahkan merupaka persoalan serius dalam masa ini.
Kiranya semua orang tahu bahwa dengan uang seseorang dapat memenuhi banyak
kebutuhan keluarga dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai orang
dewasa. Dengan uang, banyak yang dimaui dapat tercapai. Minat terhadap falsafah
termasuk agama yang kurang begitu kuat dalam tahun-tahun pertama masa dewasa
awal (dibandingkan dengan uang),akan menjadi diutamakan oleh orang dewasa
menjelang usia setengah baya. Dari satu segi, hal yang demikian oleh adanya
perubahan tugas dan adanya tanggung jawab dalam mendidik anak. Itu tadi sejalan
dengan pendapat . R.J. Havighurst (1959).
Demikian pula pada minat
dalam hal aktif rekreasi, seperti juga dengan olah raga,akan berkurang sejalan
dengan berubahnya tugas dan tanggung jawab (akibat pertambahan usia). Kedua
minat tadi, sesuai dengan kebudayaan dan kedudukan seseorang, akan dijadikan
kegiatan mengisi waktu luang. Mirip hal nya dengan membaca dan permainan kartu
atau catur bagi individu tertentu. Dari segi perbedaan jenis kelamin, terdapat
perbedaan perubahan minat rekreasi,olahraga,membaca dan permainan itu tadi.
Bagi prima pada umumnya, minat-minat itu bertambah meningkat pada usia 35
sampai 40 tahun dan setelah itu akan berkurang dalam tempo yang sangat cepat
dibandingkan dengan menurunnya minat itu tadi pada pria. Tentu saja ini tidak
berlaku bagi orang-orang dewasa tertentu yang punya pekerjaan atau jabatan yang
berhubungan dengan kreatifitas-kreatifitas itu.
Pola ketiga; adanaya
penguatan minat-minat baru, atau pun pergantian minat; lebih merupakan
“paksaan” faktor kebudayan dan lingkungan kebanding pengaruh faktor pribadi
secara individu. Periode terjadinya pemantapan minat-minat ataupun pergantian
minat secara sanagat cepat adalah dalam masa remaja. Dalam masa remaja itu
sangat ditandai dengan adanya perubahan-perubahan yang diperbuat oleh individu
baik secara pisis maupun secara psikis. Perubahan yang demikian cepat itu
disebabkan oleh penghindaran remaja dari keterkucilan kelompok teman sebaya.
Dalam masa dewasa, penguatan minat baru, juga dipaksa oleh faktor kebudayaan
dan lingkungan.
Penyesuaian individu
terhadap pergantian minat dan penguatan minat baru itu adalah bukan hal yang mudah. Ini dapat
dipahami jika diingat bahwa pergantian dan penguatan minat itu sendiri
merupakan “paksaan” dari kebudayaan dan lingkungan. Apa bila terjadi pergantian
dan pengutan minat baru, seseorag yang menyesuaikan diri terhadapnya akan dapat
dilakukan dengan baik jika disertai dengan penyesuaian diri terhadap perubahan
pola hidup secara menyeluruh. Persyaratan yang demikian itu timbul sebab
minat-minat yang telah termantapkan sebelumnya. (dalam masa dewasa ini)
merupakan hasil suatu proses. Jelasnya, minat-minat itu telah dimiliki oleh
sejak masa remaja, bahkan jauh sebelum it, sehingga terpolakan dan sedikit saja
perubahannya. Akibatnya, minat-minat yang telah lebih dahulu dimantapkan itu
tadi, boleh dikaitkan erat dengan pola hidup seseorang dewasa. Jadi penyusuaian
diri yang baik terhadap pergantian dan penguatan minat-minat baru dapat
dilakukan jika disertai dengan penyesuaian terhadap pola hidup.
Akhirnya, bagi perubahan
minat-minat dalam tiga pola perubahan yang telah diuraikan sejauh ini, tidaklah
seluruhnya terjadi dalam suatu saat. Dalam waktu-waltu, tertentu terjadi
perubahan secara berangsur-angsur, yaitu kira-kira setengah minat it menjadi
berubah antara usia 25-35 tahun; 20% berubah antara usia 35-45 tahun; dan
berusia 30% dalam usia 45-55 tahun (E.B. Hurlock ; 1968).
3.
RAGAM MINAT DEWASA AWAL
Ragam minat dewasa awal
sangat banyak dilihat dari segi jumlahnya. Berdasarkan bebarapa ahli,
minat-minat yang sangat beragam jumlahn itu dapat juga diidentifikasi
berdasarkan banyaknya jumlah orang yang mengalami dan kedudukan (penting) nya
minat-minat yang bersangkutan bagi banyak orang. Minat-minat dimaksud terdiri
atas minat-minat : penampakan / penampilan pisis, pakaian dan perhiasan,
pemilikan benda-benda, uang, dan agama.
Minat-minat
penampakan/penampilan pisis sangat kuat bagi pria dan wanita dewasa pada
umumnya. Banyak hal yang dipelajari oleh pria dan wanita dewasa untuk
memperoleh penampakan/penampilan fisik yang memuaskan dan untuk memperoleh
kegunaan yang lebih besar dari padanya. Menurut M.S. Ryan (1966), sejajar
dengan pesat, dan banyaknya tanda-tanda menua yang telihat, semakin kuat pula
minat para dewasa awal tehadap penampakan/penampilan fisiknya. Jadi semakin
nampak tua seseorang dewasa awal semakin besar pula minatdalam
penampakan/penampilan itu tadi.
Minat terhadap pakaian dan
perhiasan ; hal yang sangat kuat dalam masa remaja, minat itu tetap kuat dalam
masa dewasa awal. Kuatnya minat ini khusus sangat nampak pada pria dan waniata
dewasa awal yang belum atau tidak kawin ;
juga wanita yang telah berkeluarga teruatama yang bekerja di luar rumah.
Orang-orang dewasa muda sangat sadar bahwa keberhasilan dalam banyak hubungan
sosial dan berbagai bidang kegiatan, banyak di pengaruhi oleh penampilan
pakaian dan perhiasannya (khusus dalam hal kerapian). Karena itu, tidak heran
kalau banyak waktu digunakan dan banyak uang yang disalurkan untuk kepentingan
pakaian dan perhiasan bagi orang dewasa muda. Diepakati oleh banyak ahli bahwa
pakaian dan perhiasan juga punya makna sebagai symbol status. Dengan lambang status (berupa
pakaian/perhiasan) itu seseorang dapat dinilai tinggi statusnya oleh anggota
kelompoknya, bahkan juga dapat menjadi penentu tingkat kelas sosial-ekonomi
orang dewasa yang bersangkutan. Pandangan yang bernada seperti itu lahir pula
dari hasil penelitian M.S. Ryan (1966).
Terdapat tiga peranan
pakaian yang sangat kuat mendorong dan menentukan pakaian dalam mana yang
diminati oleh orang dewasa muda. Peranan pakaian dan perhiasan menurut para
ahli psikologis adalah sebagai alat kopensasi, alat identifikasi, alat regresi.
Pakaian dan perhiasan
sebagai alat kopensasi, banyak digunakan terutama oleh para dewasa awal yang
merasa tidak puas dengan penampilan fisik dan kadang pula digunakan oleh mereka
yang tidak puas dengan prestasi lainnya (misalnya prestasi sekolah bagi
mahasiswa). Bagi mereka ini, akan memilih dan menggunakan pakaian yang
bagus-bagus, yang “still” dan warna yang seringkali menyolok. Kesemuanya
ditunjukan untuk menutupi fisik yang tidak menarik pada dirinya, atau penghibur
diri sehubungan dengan prestasi yang kurang tadi.
Pakaian dan perhiasan yang
digunakan sebagai alat identifikasi, banyak digunakan oleh remaja dan juga
orang-orang dewasa. Kalau bagi remaja, identifikasi cenderung pada kelompoknya
agar tetap sama dan diterima kelompok. Bagi orang dewasa, identifikasi
cenderung diarahkan pada kelompok-kelompok yang dikagumi atau dinilai punya
statu sosial tinggi, semisal pejabat dan orang-orang kaya. Karena itu (dapat
dimengerti) kalau banyak pejabat yang memakai baju batik (misalnya), maka
banyaklah orang-orang dewasa lain yang cenderung memilih dan mamakai baju
dengan bahan batik.
Pakaian dan perhiasan yang
digunakan sebagi alat regreasi, khusus bersangkutan dengan usia lanjut dalam
masa dewasa awal ini. Itu berarti bahwa orang dewasa awal yang berasa pada
tahun-tahun terakhirnya, itulah yang menggunakan pakaian/perhiasan sebagai alat
regreasi. Dalam hubungan ini, pakaian dan perhiasan bermanfat untuk menutupi
ketuaan sehingga seseorang dalam usia itu dapat tampak seperti muda lagi.
Dengan lain perkataan, seseorang tidak saja ingin tampak “tertahan” pertumuhan
dalam proses menuanya, tetapi juga ingin nampak seperti di kala mereka masih
muda; semuda-mudanya yang dapat dicapainya. Untuk itulah maka orang dewasa yang
mendekati masa setengah baya, banyak yang memilih dan memakai pakaian dan
perhiasan dengan still dan warna yang sedapat mungkin dibuat serasi. Mereka
cenderung memilih “mode” tertentu.
Secara umum memang diakui
oleh para ahli bahwa peranan pakaian bagi pribadi individu, sangat berpengaruh
besar. Pakaian membawa kesan yang sangat menyeluruh bagi pribadi yang
memakainya. Pakaian memberi arti besar bagi citra diri individu.
Minat terhadap pemilikan
benda-benda, pada umumnya mencapai puncaknya selama tahun-tahun pertama masa
dewasa. Para dewasa muda ini sangat sadar bahwa lingkungan sosial pada umumnya
menilai tinggi status mereka yang memiliki barang-barang berharga seperti rumah
mewah denga perabotannya yang luks, mobil dan benda-benda berharga lainnya.
Keberhasilan dalam banyak dunia usaha dankeatifan-keaktifan lainnya, bayak
ditunjang oleh status sosial ekonomi seseorang.
Pemilikan rumah dengan
perlengkapannya memang merupakan alat untuk rasa aman dalam masa tua. Tetapi
bagi dewasa muda, lebih dari itu, rumah mewah dan perabotnya membawa arti
adanya prestise tinggi bagi pemiliknya dimata orang. Ditandaskan oleh Packard
(1961) bahwa rumah punya kelebihan dibanding mobil sebagai media symbol status,
dalam mana seseorang “memamerkan” tingkat “kebudayaan”-nya. Dalam rumah dapat
diperagakan barang-barang antik, gelas dan piring luks, buku-buku literature
tebal, dan sebagainnya. Kesemuannya tidak dapat dipajang pada mobil. Pendapat
Packard tadi nampaknya berlaku juga untuk orang Indonesia.
Bagi orang-orang dewasa muda
yang lain, pada umumnya berminat pada benda-benda berharga bersangkutan denga
usaha mencapai kelancaran mendapatkan teman/sahabat dan teman-teman kencan,
khususnya bagi mereka yang belum menikah. Tidak sedikit orang dewasa muda yang
kurang bergembira karena tiada sarananya itu.
Minat terhadap uang, sangat
kuat dalam masa dewasa awal. Minat pada uang ini sangat bersangkutan dengan
“saat sekarang”, maksudnya dengan uang yang dipunyai sekarang dapat memenuhi
banyak kebutuhan-kebutuhan sesaat seseorang, bukan untuk kebutuhan yang akan
datang. Secara psikologis, nilai uang yang ada dipegang sekarang mempunyai
nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan nilai uang yang akan datang. Minat
kuat pada uang bagi orang dewasa awal ini tidak saja terdapat pada pria, tapi
juga pada wanita. Banyak penelitian yang menunjukan bahwa banyak wanita yang
telah menikah masih saja giat bekerja, bukan karena dia cinta pada
pekerjaannya, melainkan karena mereka menginginkan uang dan dengan itu
memungkinkan karena mereka untuk membeli barang yang mereka rindukan.
Para dewasa awal umumnya menghadapi persoalan
dalam hal keuangan ini. Persoalannya memamng beragam tingkat intensitasnya.
Beberapa persoalan keuangan itu bersangkutan denganpenyebab kekurangacermatan
mereka dalam menggunakan uang. Kekurangcermatan tadi bermuasal pada kebiasaan
dan nila-nilai yang dibawa sejak masa remaja.
Minat terhadap agama para
dewasa awal, keadaannya boleh dikata kuat yang walaupun tidak sekuat dengan
minat-minat terhadap hal-hal yang telah dibicarakan terlebih dahulu. Intensitas
minat keagamaan dalam diri seseorang individu biasanya berubah meningkat secara
gradual sejalan dengan meningkatnya
usia. Peningkatan minat secara gradual itu agaknya dikaitkan dengan asumsi
bahwa semakin tua seseorang semakin dekatnya ia dengan mati dan akhirat. Dalam
hubungan ini kuatnya minat agama dimotivasi oleh “persiapan ke surge”.
Kuat atau lemahnya
intensitas minat keagamaan para dewasa awal dipengaruhi oleh banyak faktor,
antara lain : pertama, ada/ tidaknya
pembiasaan sebagai pengaruh pendidikan keagamaan sejak masa kanak-kanak, yang
dapat mempolakan perilaku praktek keagamaan dalam masa dewasa. Kedua,
ada/tidaknya praktek keagamaan dalam lingkungan sekitar terutama teman
sepergaulan. Jika tentangga atau sahabat seseorang banyak yang aktif beribadah,
maka individu tadi sanagat mungkin akan kuat pula minatnya dalam praktek agama.
Ketiga, kuat atau lemahnya persoalan yang dihadapi oleh seseorang. Manusia pada
hakekatnya mengakui dalam hati nuraninya bahwa ada kekuatan tertinggi yang
dapat menyelamatkannya dari kesukaran-kesukaran hidup. Kalau seseorang
menghadapi kesukaran berat makaia cenderung berminat pada agama dan menguatkan
minatnya itu. Keempat, ada/tidaknya tanggung jawab terhadap pendidikan agama terhadap anak-anak
(sehubungan dengan kedudukan sebagai orang tua). Jika orang tua punya tanggung
jawab kuat terhadap pendidikan agama bagi anak-anaknya, maka ian cenderung punya
minat kuat pada agama dan aktif beribadah untuk memberikan contoh pada
anak-anak mereka.
Berdasarkan banyak hasil
penelitian yang pernah diadakan, teryata terdapat pula variasi dalam minat
keagamaan menurut beberapa perbedaan ; seperti perbedaan jenis kelamin, status
sosial, daerah tempat tinggal, dan pola kepribadian. Atas dasar perbedaan jenis
kelamin ; khusus bagi yang beragama Kristen dan protestan, wanita pada umumnya
lebih berminat pada agama dibandingkan pria. Mereka juga merasa terikat dan
tekun dalam keaktifan keagamaan serta mengambil bagian secara aktif dalam
kegiatan-kegiatan gereja. Sebaliknya, pria rata-rata punya iman yang rendah,
terapi aktivitas keagamaannya tinggi. Juga, pria lebih banyak yang tidak
diagamkan secara resmi (“unconverted”) disbanding wanita. Atas dasar perbedaa
tingkat sosial ; para anggota kelas menengah, punya minat agama yang lebih kuat
dibandingkandengan anggota kelas atas.tidak hanya itu, anggota kelas menengah
sangat berpartisipasi dalam berbagai tipe organisasi gereja, bahkan banyak
diantaranya yang berperan sebagai pemimpin. Mereka yang berstatus sosial bawah
banyakyang tidak aktif dalam berbagai kegiatan kemasyarakatan termasuk kegiatan
keagamaan. Atas dasar daerah tempat tinggal (kota atau desa) ; para orang dewasa
yang tinggal di daerah pedesaan dan pinggiran kota memperhatikan kecenderungan
adanya minat besar terhadap agama serta berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan
keagamaan dibandingkan denga orang dewasa yang tinggal didaerah perkotaan. Atas
dasar perbedaan pola kepribadian : orang dewasa yang punya pola kepribadian
bebas, tidak terikat pada kebiasaan,adat, dan sebagainya atau pola kepribadian
“unconvensional” dalam berfikir dan berbuat, cenderung untuk punya minat
keagamaan yang lemah dibandingkan dengan mereka yang punya pola kepribadian
“convensional” (Hurlock ; 1968).
Perlu diingat bahwa hal yang
terurai tadi adalah hasil penelitian di negara barat (khususnya Amerika
Serikat). Keadaan di Indonesia, demikian pula keadaan bagi keadaan bagi memeluk
agama Islam sebagai mayoritas negeri ini, tentu saja tidak persis sama seperti
gambaran tadi. Tetapi, bahwa terdapat perbedaan kekuatan minat agama menurut
tinjauan sebagaimana diatas tadi, nampak ada gejala-gejalanya. Yang jelas,
orang dewasa awal pada umunya punya minat agama, yang walaupun pada tahun-tahun
pertama masa dewasa itu kebanyakan orang punya minat agama yang kecil. Ini
senada dengan ungkapan A.R. Peacocke (1963), bahwa tahun-tahun pertama usia
20-an disebut sebagai “least religious period of life”. Barulah menjelang usia setengah baya, banyak
orang dewasa awal yang sangat berminat pada agama; seakan ingin
menaikkan”timbangan pahala atas dosa.
Komentar
Posting Komentar