Minat-minat dewasa awal : hal perubahan-perubahan minat



MINAT-MINAT DEWASA AWAL :
HAL PERUBAHAN-PERUBAHAN MINAT


O. TIGA SOROTAN UMUM DAN KHUSUS
Ada tiga sorotan umum yang sangat penting sehubungan dengan minat-minat para dewasa awal. Pertama, hal perubahan-perubahan minat yang pada intinya berhubungan dengan proses perubahan minat, pola-pola perubahan minat dan ragam minat dewasa awal. Kedua, hal minat-minat pribadi yang pada intinya bersangkutan dengan faktor pengarah bagi individu pada bentuk-bentuk rekreasi. Ketiga, hal minat sosial yang pada intinya dalam aktivitas-aktivitas sosial dan mobilitas sosial. Sorotan kedua dan ketiga akan disajikan dalam bab-bab lebih lanjut.
Tiga sorotan khusus yang bersangkutan dengan hal perubahan-perubahan minat seperti disebutkan tadi, dikemukakan dalam bab ini.

1.     PROSES PERUBAHAN AWAL
Proses perubahan minat secara umum, terjadi hampir sepanjang garis kehidupan. Perubahan-perubahan minat dalam proses itu disebabkan oleh perubahan pola kehidupan, perubahan tugas dan tanggung jawab dan perubahan status.
Banyak orang dewasa yang telah membawa ciri-ciri minat tertentu sejak mereka masih remaja atau bahkan jauh sebelum itu. Akan tetapi, seirama dengan perubahan pola kehidupan orang dewasa, dapat pula terjadi perubahan minat baik berupa perubahan jumlah apa yang diminati, pergantian pengutamaan, minat dan bahkan (kalau terpaksa) timbulnya minat baru. Pola kehidupan masa remaja cenderung diwarnai oleh pergaulan dalam kelompok peer. Karena itu minat mereka pun cenderung pada minat-minat yang dapat dilakukan bersama-sama, semisal pesiar, camping, dan semacamnya; serta benda-benda yang dapat menunjang kegiatan itu seperti mobil/motor dan pakaian yang sesuai dengan selera kelompok. Dalam masa dewasa awal, lebih cenderung diwarnai oleh kehidupan keluarga. Karena itu, minat dalam masa dewasa awal lebih ditekankan pada hal-hal yang menunjang kehidupan keluarga semisal uang dan rumah.
Dalam masa dewasa awal sering kali terjadi perubahan tugas dan tanggung jawab. Misalnya, adanya tugas-tugas keluarga khusunya menunjang kehidupan ekonomi dan adanya tugas tanggung jawab membimbing anak. Untuk menunjang kehidupan ekonomi, orang dewasa cenderung berubah menekankan pentingnya uang dan menilai tinggi kesehatan fisik untuk memperoleh uang itu tadi. Karena itu mereka banyak yang berminat kuat pada uang dan enersifisik. Tanggung jawab untuk berminat pada agama secara kuat, hal yang mungkin dalam masa remajanya diabaikan.
Disepakati oleh para ahi bahwa atas dasar perbedaan status, kawin atau tidak, tampak sekali membedakan pola kehidupan orang dewasa dan menimbulkan perbedaan tugas dan tanggung jawab. Karena itu secara logis dapat terjadi perbedaan penekanan minat antara dua orang dewasa,seusia sekalipun, yang bergantung padasatatus perkawinan mereka. Ini sejalan dengan pendapat Havighurs (1953). Akibatnya, orang dewasa yang tidak kawin atau belum kawin sangat mengutamakan minat pada pakaian dan penampilan fisik, sementara mereka yang telah kawin menekankan minatnya pada rumah tinggal dan perabotnya. Demikian pula perubahan status dalam hal jabatan. Orang yang sebelum memegang jabatan tertentu barangkali belum berminat pada mobil. Tetepi seseorang yang telah punya jabatan sebagai direktur misalnya, maka sangat besar kemungkinannya timbul minat baru yaitu untuk memiliki mobil atau lambang status lainnya.
Disamping faktor-faktor penyebab dalam proses perubahan minat tersebut diatas tadi, hal yang penting pula dalam hubungan dengan proses perubahan minat ini adalah pembentukan pola  minat dan proses penstabilan minat-minat.
Proses pembentukan pola minat terjadi selama masa dewasa awal. Jenis-jenis minat yang terdapat dalam masa dewasa awal itu selalu dipraktekan ternyata memuaskan individu yang bersangkutan maka minat itu akan cenderung diulangi. Pengulangan-pengulangan minat, lama kelamaan ia (minat-minat) akan terbentuk menjadi pola minat. Jika pola minat tersebut telah menetap, maka dapat diramalkan itulah pola minat yang dibawa individu tadi dalam masa tua kelak.
Proses penstabilan minat-minat sangat erat bersangkutan dengan menetapkannya kesukaan dan ketaksukaan individu. Berdasarkan hasi-hasil penelitian, para ahli sepakat bahwa dengan bertambahnya usia, proses kesukaan dan ketaksukaan cenderung untuk menjadi menetap atau diperkuat. Kesukaan-kesukaan itu sendiri berpengaruh positif bagi penentuan minat-minat individu. Karena itu, secara logis, ada kecenderungan minat-minat individu akan menjadi sangat stabil sejalan dengan pertumbuhan individu yang menua.

2.     POLA PERUBAHAN MINAT
Berdasarkan hasil-hasil penelitian terhadap minat orang-orang dewasa yang telah berkali-kali diadakan oleh para ahli; ditemui adanya tiga pola utama dalam perubahan minat.
Poertama : Terjadi pengurangan jumlah yang diminati oleh seseorang sejalan dengan pertambahan usia, dan kurang pertapindahan pada minat lain.
Kedua : Terjadi pergantian tentang minat apa yang diutamakan, dan sedikit timbulnya minat-minat baru.
Ketiga : Dapat terjadi penguatan minat-minat baru jika lingkungan “memaksa”, dan sifat –sifat minat-minat baru itu tidak sekelompok dengan minat-minat yang telah dimantapkan sebelumnya.

Pola pertama ; dialami oleh semua orang tanpa bergantung pada lingkungan budaya atau sosial tertentu, dan tidak pula bergantung pada perbedaan jenis kelamin. Dengan demikian, semua orang akan mengalami pengurangan terhadap jumlah apa yang diminatinya sejalan denga usia yang semakin menua.
Dalam hubungan dengan pola pertama ini, disepakati oleh para ahli bahwa terdapat kecenderungan tidak ada perubahan terhadap apa yang diminati seseoran, lantaran meningkatnya usia. Dengan lantaran yang sama, kecenderungan yang terjadi hanyalah menyempitkan “range” minat. Akibatnya, hal-hal yang diminati seseorang yang mendekati usia setengah baya,adalah sedikit dibandingkan dengan  minat-minat yang telah dimilikinya dalam tahun-tahun pertama masa dewasa orang itu tadi.
Pola kedua ; terjadinya pergantian tentang minat apa yang diutamakan, banyak bergantung pada perubahan tugas-tugas dan tanggung jawab. Sedangkan timbulnya minat-minat baru sangat bergantung pada adanya perubahan lingkungan, adanya kesempatan untuk pemunculan minat itu, dan adanya motivasi yang kuat.
Dengan terjadinya perubahan tugas-tugas dan tanggung jawab (akibar pertambahan usia), pada umumnya  terjadi pergantian pengutamaan terhadap minat-minat baru. Minat-minat baru akan muncul jika terjadi perubahan lingkungan, misalnya pindah tempat tinggal pada lain daerah. Minat-minat baru akan muncul jika ada kesempatan untuk pemunculan minat tersebut. Misalnya,seseorang yang pindah tempat tinggal, tanpa adanya dorongan kuat dari keadaan lingkungannya maka tidak akan muncul minat baru. Demikian pula orang yang pada kesempatan memiliki mobil atau motor dengan tidaknya kebutuhan (pribadi atau sosial) untuk memilikinya maka orang itu tidak akan berminat pada mobil atau motor itu tadi.
Contoh pergantin pengutamaan minat akibat perubahan tugas dan tanggung jawab, adanya kecenderungan menguatnya minat terhadap uang dan falsafah (termasuk agama) dalam masa dewasa. Minat terhadap  uang menjadi sangat utama dalam tahun-tahun pertama masa dewasa sampai menjelang usia setengah baya. Tidak saja sangat utama bahkan merupaka persoalan serius dalam masa ini. Kiranya semua orang tahu bahwa dengan uang seseorang dapat memenuhi banyak kebutuhan keluarga dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai orang dewasa. Dengan uang, banyak yang dimaui dapat tercapai. Minat terhadap falsafah termasuk agama yang kurang begitu kuat dalam tahun-tahun pertama masa dewasa awal (dibandingkan dengan uang),akan menjadi diutamakan oleh orang dewasa menjelang usia setengah baya. Dari satu segi, hal yang demikian oleh adanya perubahan tugas dan adanya tanggung jawab dalam mendidik anak. Itu tadi sejalan dengan pendapat . R.J. Havighurst (1959).
Demikian pula pada minat dalam hal aktif rekreasi, seperti juga dengan olah raga,akan berkurang sejalan dengan berubahnya tugas dan tanggung jawab (akibat pertambahan usia). Kedua minat tadi, sesuai dengan kebudayaan dan kedudukan seseorang, akan dijadikan kegiatan mengisi waktu luang. Mirip hal nya dengan membaca dan permainan kartu atau catur bagi individu tertentu. Dari segi perbedaan jenis kelamin, terdapat perbedaan perubahan minat rekreasi,olahraga,membaca dan permainan itu tadi. Bagi prima pada umumnya, minat-minat itu bertambah meningkat pada usia 35 sampai 40 tahun dan setelah itu akan berkurang dalam tempo yang sangat cepat dibandingkan dengan menurunnya minat itu tadi pada pria. Tentu saja ini tidak berlaku bagi orang-orang dewasa tertentu yang punya pekerjaan atau jabatan yang berhubungan dengan kreatifitas-kreatifitas itu.
Pola ketiga; adanaya penguatan minat-minat baru, atau pun pergantian minat; lebih merupakan “paksaan” faktor kebudayan dan lingkungan kebanding pengaruh faktor pribadi secara individu. Periode terjadinya pemantapan minat-minat ataupun pergantian minat secara sanagat cepat adalah dalam masa remaja. Dalam masa remaja itu sangat ditandai dengan adanya perubahan-perubahan yang diperbuat oleh individu baik secara pisis maupun secara psikis. Perubahan yang demikian cepat itu disebabkan oleh penghindaran remaja dari keterkucilan kelompok teman sebaya. Dalam masa dewasa, penguatan minat baru, juga dipaksa oleh faktor kebudayaan dan lingkungan.
Penyesuaian individu terhadap pergantian minat dan penguatan minat baru  itu adalah bukan hal yang mudah. Ini dapat dipahami jika diingat bahwa pergantian dan penguatan minat itu sendiri merupakan “paksaan” dari kebudayaan dan lingkungan. Apa bila terjadi pergantian dan pengutan minat baru, seseorag yang menyesuaikan diri terhadapnya akan dapat dilakukan dengan baik jika disertai dengan penyesuaian diri terhadap perubahan pola hidup secara menyeluruh. Persyaratan yang demikian itu timbul sebab minat-minat yang telah termantapkan sebelumnya. (dalam masa dewasa ini) merupakan hasil suatu proses. Jelasnya, minat-minat itu telah dimiliki oleh sejak masa remaja, bahkan jauh sebelum it, sehingga terpolakan dan sedikit saja perubahannya. Akibatnya, minat-minat yang telah lebih dahulu dimantapkan itu tadi, boleh dikaitkan erat dengan pola hidup seseorang dewasa. Jadi penyusuaian diri yang baik terhadap pergantian dan penguatan minat-minat baru dapat dilakukan jika disertai dengan penyesuaian terhadap pola hidup.
Akhirnya, bagi perubahan minat-minat dalam tiga pola perubahan yang telah diuraikan sejauh ini, tidaklah seluruhnya terjadi dalam suatu saat. Dalam waktu-waltu, tertentu terjadi perubahan secara berangsur-angsur, yaitu kira-kira setengah minat it menjadi berubah antara usia 25-35 tahun; 20% berubah antara usia 35-45 tahun; dan berusia 30% dalam usia 45-55 tahun (E.B. Hurlock ; 1968).

3.     RAGAM MINAT DEWASA AWAL
Ragam minat dewasa awal sangat banyak dilihat dari segi jumlahnya. Berdasarkan bebarapa ahli, minat-minat yang sangat beragam jumlahn itu dapat juga diidentifikasi berdasarkan banyaknya jumlah orang yang mengalami dan kedudukan (penting) nya minat-minat yang bersangkutan bagi banyak orang. Minat-minat dimaksud terdiri atas minat-minat : penampakan / penampilan pisis, pakaian dan perhiasan, pemilikan benda-benda, uang, dan agama.
Minat-minat penampakan/penampilan pisis sangat kuat bagi pria dan wanita dewasa pada umumnya. Banyak hal yang dipelajari oleh pria dan wanita dewasa untuk memperoleh penampakan/penampilan fisik yang memuaskan dan untuk memperoleh kegunaan yang lebih besar dari padanya. Menurut M.S. Ryan (1966), sejajar dengan pesat, dan banyaknya tanda-tanda menua yang telihat, semakin kuat pula minat para dewasa awal tehadap penampakan/penampilan fisiknya. Jadi semakin nampak tua seseorang dewasa awal semakin besar pula minatdalam penampakan/penampilan itu tadi.
Minat terhadap pakaian dan perhiasan ; hal yang sangat kuat dalam masa remaja, minat itu tetap kuat dalam masa dewasa awal. Kuatnya minat ini khusus sangat nampak pada pria dan waniata dewasa awal yang belum atau tidak kawin ;  juga wanita yang telah berkeluarga teruatama yang bekerja di luar rumah. Orang-orang dewasa muda sangat sadar bahwa keberhasilan dalam banyak hubungan sosial dan berbagai bidang kegiatan, banyak di pengaruhi oleh penampilan pakaian dan perhiasannya (khusus dalam hal kerapian). Karena itu, tidak heran kalau banyak waktu digunakan dan banyak uang yang disalurkan untuk kepentingan pakaian dan perhiasan bagi orang dewasa muda. Diepakati oleh banyak ahli bahwa pakaian dan perhiasan juga punya makna sebagai symbol status.  Dengan lambang status (berupa pakaian/perhiasan) itu seseorang dapat dinilai tinggi statusnya oleh anggota kelompoknya, bahkan juga dapat menjadi penentu tingkat kelas sosial-ekonomi orang dewasa yang bersangkutan. Pandangan yang bernada seperti itu lahir pula dari hasil penelitian M.S. Ryan (1966).
Terdapat tiga peranan pakaian yang sangat kuat mendorong dan menentukan pakaian dalam mana yang diminati oleh orang dewasa muda. Peranan pakaian dan perhiasan menurut para ahli psikologis adalah sebagai alat kopensasi, alat identifikasi, alat regresi.
Pakaian dan perhiasan sebagai alat kopensasi, banyak digunakan terutama oleh para dewasa awal yang merasa tidak puas dengan penampilan fisik dan kadang pula digunakan oleh mereka yang tidak puas dengan prestasi lainnya (misalnya prestasi sekolah bagi mahasiswa). Bagi mereka ini, akan memilih dan menggunakan pakaian yang bagus-bagus, yang “still” dan warna yang seringkali menyolok. Kesemuanya ditunjukan untuk menutupi fisik yang tidak menarik pada dirinya, atau penghibur diri sehubungan dengan prestasi yang kurang tadi.
Pakaian dan perhiasan yang digunakan sebagai alat identifikasi, banyak digunakan oleh remaja dan juga orang-orang dewasa. Kalau bagi remaja, identifikasi cenderung pada kelompoknya agar tetap sama dan diterima kelompok. Bagi orang dewasa, identifikasi cenderung diarahkan pada kelompok-kelompok yang dikagumi atau dinilai punya statu sosial tinggi, semisal pejabat dan orang-orang kaya. Karena itu (dapat dimengerti) kalau banyak pejabat yang memakai baju batik (misalnya), maka banyaklah orang-orang dewasa lain yang cenderung memilih dan mamakai baju dengan bahan batik.
Pakaian dan perhiasan yang digunakan sebagi alat regreasi, khusus bersangkutan dengan usia lanjut dalam masa dewasa awal ini. Itu berarti bahwa orang dewasa awal yang berasa pada tahun-tahun terakhirnya, itulah yang menggunakan pakaian/perhiasan sebagai alat regreasi. Dalam hubungan ini, pakaian dan perhiasan bermanfat untuk menutupi ketuaan sehingga seseorang dalam usia itu dapat tampak seperti muda lagi. Dengan lain perkataan, seseorang tidak saja ingin tampak “tertahan” pertumuhan dalam proses menuanya, tetapi juga ingin nampak seperti di kala mereka masih muda; semuda-mudanya yang dapat dicapainya. Untuk itulah maka orang dewasa yang mendekati masa setengah baya, banyak yang memilih dan memakai pakaian dan perhiasan dengan still dan warna yang sedapat mungkin dibuat serasi. Mereka cenderung memilih “mode” tertentu.
Secara umum memang diakui oleh para ahli bahwa peranan pakaian bagi pribadi individu, sangat berpengaruh besar. Pakaian membawa kesan yang sangat menyeluruh bagi pribadi yang memakainya. Pakaian memberi arti besar bagi citra diri individu.
Minat terhadap pemilikan benda-benda, pada umumnya mencapai puncaknya selama tahun-tahun pertama masa dewasa. Para dewasa muda ini sangat sadar bahwa lingkungan sosial pada umumnya menilai tinggi status mereka yang memiliki barang-barang berharga seperti rumah mewah denga perabotannya yang luks, mobil dan benda-benda berharga lainnya. Keberhasilan dalam banyak dunia usaha dankeatifan-keaktifan lainnya, bayak ditunjang oleh status sosial ekonomi seseorang.
Pemilikan rumah dengan perlengkapannya memang merupakan alat untuk rasa aman dalam masa tua. Tetapi bagi dewasa muda, lebih dari itu, rumah mewah dan perabotnya membawa arti adanya prestise tinggi bagi pemiliknya dimata orang. Ditandaskan oleh Packard (1961) bahwa rumah punya kelebihan dibanding mobil sebagai media symbol status, dalam mana seseorang “memamerkan” tingkat “kebudayaan”-nya. Dalam rumah dapat diperagakan barang-barang antik, gelas dan piring luks, buku-buku literature tebal, dan sebagainnya. Kesemuannya tidak dapat dipajang pada mobil. Pendapat Packard tadi nampaknya berlaku juga untuk orang Indonesia.
Bagi orang-orang dewasa muda yang lain, pada umumnya berminat pada benda-benda berharga bersangkutan denga usaha mencapai kelancaran mendapatkan teman/sahabat dan teman-teman kencan, khususnya bagi mereka yang belum menikah. Tidak sedikit orang dewasa muda yang kurang bergembira karena tiada sarananya itu.
Minat terhadap uang, sangat kuat dalam masa dewasa awal. Minat pada uang ini sangat bersangkutan dengan “saat sekarang”, maksudnya dengan uang yang dipunyai sekarang dapat memenuhi banyak kebutuhan-kebutuhan sesaat seseorang, bukan untuk kebutuhan yang akan datang. Secara psikologis, nilai uang yang ada dipegang sekarang mempunyai nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan nilai uang yang akan datang. Minat kuat pada uang bagi orang dewasa awal ini tidak saja terdapat pada pria, tapi juga pada wanita. Banyak penelitian yang menunjukan bahwa banyak wanita yang telah menikah masih saja giat bekerja, bukan karena dia cinta pada pekerjaannya, melainkan karena mereka menginginkan uang dan dengan itu memungkinkan karena mereka untuk membeli barang yang mereka rindukan.
 Para dewasa awal umumnya menghadapi persoalan dalam hal keuangan ini. Persoalannya memamng beragam tingkat intensitasnya. Beberapa persoalan keuangan itu bersangkutan denganpenyebab kekurangacermatan mereka dalam menggunakan uang. Kekurangcermatan tadi bermuasal pada kebiasaan dan nila-nilai yang dibawa sejak masa remaja.
Minat terhadap agama para dewasa awal, keadaannya boleh dikata kuat yang walaupun tidak sekuat dengan minat-minat terhadap hal-hal yang telah dibicarakan terlebih dahulu. Intensitas minat keagamaan dalam diri seseorang individu biasanya berubah meningkat secara gradual sejalan dengan  meningkatnya usia. Peningkatan minat secara gradual itu agaknya dikaitkan dengan asumsi bahwa semakin tua seseorang semakin dekatnya ia dengan mati dan akhirat. Dalam hubungan ini kuatnya minat agama dimotivasi oleh “persiapan ke surge”.
Kuat atau lemahnya intensitas minat keagamaan para dewasa awal dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain :  pertama, ada/ tidaknya pembiasaan sebagai pengaruh pendidikan keagamaan sejak masa kanak-kanak, yang dapat mempolakan perilaku praktek keagamaan dalam masa dewasa. Kedua, ada/tidaknya praktek keagamaan dalam lingkungan sekitar terutama teman sepergaulan. Jika tentangga atau sahabat seseorang banyak yang aktif beribadah, maka individu tadi sanagat mungkin akan kuat pula minatnya dalam praktek agama. Ketiga, kuat atau lemahnya persoalan yang dihadapi oleh seseorang. Manusia pada hakekatnya mengakui dalam hati nuraninya bahwa ada kekuatan tertinggi yang dapat menyelamatkannya dari kesukaran-kesukaran hidup. Kalau seseorang menghadapi kesukaran berat makaia cenderung berminat pada agama dan menguatkan minatnya itu. Keempat, ada/tidaknya tanggung jawab  terhadap pendidikan agama terhadap anak-anak (sehubungan dengan kedudukan sebagai orang tua). Jika orang tua punya tanggung jawab kuat terhadap pendidikan agama bagi anak-anaknya, maka ian cenderung punya minat kuat pada agama dan aktif beribadah untuk memberikan contoh pada anak-anak mereka.
Berdasarkan banyak hasil penelitian yang pernah diadakan, teryata terdapat pula variasi dalam minat keagamaan menurut beberapa perbedaan ; seperti perbedaan jenis kelamin, status sosial, daerah tempat tinggal, dan pola kepribadian. Atas dasar perbedaan jenis kelamin ; khusus bagi yang beragama Kristen dan protestan, wanita pada umumnya lebih berminat pada agama dibandingkan pria. Mereka juga merasa terikat dan tekun dalam keaktifan keagamaan serta mengambil bagian secara aktif dalam kegiatan-kegiatan gereja. Sebaliknya, pria rata-rata punya iman yang rendah, terapi aktivitas keagamaannya tinggi. Juga, pria lebih banyak yang tidak diagamkan secara resmi (“unconverted”) disbanding wanita. Atas dasar perbedaa tingkat sosial ; para anggota kelas menengah, punya minat agama yang lebih kuat dibandingkandengan anggota kelas atas.tidak hanya itu, anggota kelas menengah sangat berpartisipasi dalam berbagai tipe organisasi gereja, bahkan banyak diantaranya yang berperan sebagai pemimpin. Mereka yang berstatus sosial bawah banyakyang tidak aktif dalam berbagai kegiatan kemasyarakatan termasuk kegiatan keagamaan. Atas dasar daerah tempat tinggal (kota atau desa) ; para orang dewasa yang tinggal di daerah pedesaan dan pinggiran kota memperhatikan kecenderungan adanya minat besar terhadap agama serta berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan keagamaan dibandingkan denga orang dewasa yang tinggal didaerah perkotaan. Atas dasar perbedaan pola kepribadian : orang dewasa yang punya pola kepribadian bebas, tidak terikat pada kebiasaan,adat, dan sebagainya atau pola kepribadian “unconvensional” dalam berfikir dan berbuat, cenderung untuk punya minat keagamaan yang lemah dibandingkan dengan mereka yang punya pola kepribadian “convensional” (Hurlock ; 1968).
Perlu diingat bahwa hal yang terurai tadi adalah hasil penelitian di negara barat (khususnya Amerika Serikat). Keadaan di Indonesia, demikian pula keadaan bagi keadaan bagi memeluk agama Islam sebagai mayoritas negeri ini, tentu saja tidak persis sama seperti gambaran tadi. Tetapi, bahwa terdapat perbedaan kekuatan minat agama menurut tinjauan sebagaimana diatas tadi, nampak ada gejala-gejalanya. Yang jelas, orang dewasa awal pada umunya punya minat agama, yang walaupun pada tahun-tahun pertama masa dewasa itu kebanyakan orang punya minat agama yang kecil. Ini senada dengan ungkapan A.R. Peacocke (1963), bahwa tahun-tahun pertama usia 20-an disebut sebagai “least religious period of life”.  Barulah menjelang usia setengah baya, banyak orang dewasa awal yang sangat berminat pada agama; seakan ingin menaikkan”timbangan pahala atas dosa.

Komentar